BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang masalah
Ilmu
linguistik sampai saat ini masih dianggap sulit oleh sebagian besar manusia.
Padahal ilmu linguistik bersifat umum yang hanya mengkaji sebuah bahasa saja,
melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya. Hal ini disebabkan oleh
kenyataan bahawa ilmu linguistik umum merupakan media komunikasi penting yang
bersifat komunikatif.
Banyak
yang beranggapan bahwa ilmu linguistik itu sulit dan perlu segera ditepis.
Masalahnya sekarang, sampai saat ini panduan ilmu linguistik umum yang
benar-benar dan terperinci masih sangat sulit untuk ditemukan. Padahal buku
jenis Ilmu Linguistik akan sangat membantu para penulis pemula untuk mulai
mengasah kemampuan.
Problematika
di atas perlu segera dipecahkan, salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah
ditemukannya buku-buku yang mampu menyajikan tentang keilmuan linguistik umum.
Terkait dengan kenyataan tersebut, maka penulis merumuskan tentang linguistik
melalui tulisan ini. Dengan membahas seluruh komponen yang merupakan bagian
dari ilmu linguistik.
I.2 Ruang lingkup masalah
Linguistik
berarti ilmu bahasa. Ilmu bahasa adalah ilmu yang objeknya bahasa. Bahasa
disini maksudnya adalah bahasa yang digunakan sehari-hari. Jadi yang diteliti
dalam linguistik atau ilmu bahasa adalah bahasa sehari-hari yang sudah
diabstraksi, dengan demikian anggukan, dehem, dan semacamnya bukan termasuk
objek yang diteliti dalam linguistik.
Ilmu
linguistik sendiri sering disebut linguistik umum, artinya ilmu linguistik
tidak hanya menyelidiki salah satu bahasa saja tetapi juga menyangkut bahasa
pada umumnya. Dengan memakai istilah de Saussure, dapat dirumuskan bahwa ilmu linguistik
tidak hanya meneliti salah satu langue saja,
tetapi juga langage, yaitu bahasa
pada umumnya. Sedangkan linguistik teoritis memuat teori linguistik, yang
mencakup sejumlah subbidang, seperti ilmu tentang struktur bahasa dan makna
yang disebut semantik. Ilmu tentang tata
bahasa meliputi morfologi dan sintaksis. Selain itu dalam bagian ini juga ada
fonologi atau ilmu tentang sistem bunyi dan satuan bunyi yang abstrak dan
fonetik yang berhubungan dengan properti aktual seperti bunyi bahasa dan
bagaimana bunyi-bunyi tersebut dihasilkan dan didengar. Dan ada juga
sosiolinguistik untuk meneliti bagaimana dalam bahasa itu dicerminkan hal-hal sosial
dalam golongan penutur tertentu.
I.3 Tujuan penulisan
Makalah
ini diharapkan mampu memiliki kegunaan baik secara teoritis maupun secara
praktis. Secara teoritis diharapkan makalah ini menambah khazanah teoritis
keilmuan linguistik dan secara praktis diharapkan makalah ini menambah
pengetahuan, wawasan, dan keilmuan bagi penulis maupun bagi pembaca. Penulisan
makalah ini juga bertujuan agar kita dapat mengetahui tentang linguistik, objek
dari linguistik yaitu bahasa, asal usul bahasa, dan mengerti bagaimana cara
menggunakan dan memahami bahasa yang baik dalam kehidupan kita sehari-hari.
BAB
II
PEMBAHASAN
DAN HASIL
PEMBAHASAN
2.1 Bahasa
2.1.1 Asal usul bahasa dari teori tradisional dan
teori modern
Teori
tradisional
Penyelidikan
antropologi telah membuktikan bahwa kebanyakan kebudayaan primitif meyakini
keterlibatan Tuhan, Dewa dalam permulaan sejarah berbahasa. Tuhanlah yang
mengajar Nabi Adam nama-nama. Dikatakan
pula manusia diciptakan secara simultan, dan pada penciptaan ini pula dikarunia
ujaran sebagai anugrah Ilahi, dan di surga Tuhan berdialog dengan Nabi Adam
dalam bahasa Yahudi.
Pada
abad ke-17, Andreas Kemke, seorang ahli filologi dari Swedia menyatakan di
surga Tuhan berbicara dalam bahasa Swedia, Nabi Adam berbahasa Denmark,
sedangkan naga berbahasa Perancis. Sebelumnya seorang Belanda Goropius Becanus
berteori bahwa bahasa di surga adalah bahasa Belanda. Cerita dari mesir lain
lagi, pada abad ke-17 SM raja Mesir, Psammetichus mengadakan penelitian
terhadap bayi yang hasilnya bahasa Phrygia adalah bahasa pertama. Banyak
teori-teori lain yang dikemukakan oleh para ahli yang intinya mereka menganggap
bahasa pertama berasal dari Negara mereka.
Teori
modern
Manusia
ini tercipta dengan perlengkapan fisik yang sangat sempurna hingga memungkinkan
terlahirnya ujaran (kemampuan berbahasa). Namun ujaran bukan hanya karena kerja
organ-organ fisik tadi. Dalam proses ujaran, faktor-faktor psikologis pun ada
yang terlibat. Sebagai contoh kita bayangkan sebuah telaga jernih yang
dikelilingi pepohonan rindang yang dimukimi burung-burung dan margasatwa
lainnya. Apa yang kita liat menimbulkan kesan-kesan tersendiri yang dapat kita
ucapkan dengan ujaran. Dengan perkataan lain kesan-kesan tadi mesti diucapkan
dengan simbol vokal hingga terucap kata-kata, umpamanya: indah, banyak ikannya, dingin dan sebagainya.
Kini
para ahli antropologi menyimpulkan bahwa manusia dan bahasa berkembang bersama.
Manusia ada di bumi ini kurang lebih sudah satu juta tahun lamanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya menjadi Homo Sapiens juga mempengaruhi perkembangan bahasanya. Bentuk tubuh
yang tegak, mata yang berbentuk stereoskopis
dan cerebral cortex yang tidak ada
pada hewan lain telah banyak membantu evolusi manusia. Perkembangan otaknya
merubah dia dari agak manusia menjadi manusia sesungguhnya. Mereka kini
mempunyai kemampuan, mulai menemukan dan mempergunakan alat-alat dan mulailah
berbicara.
2.1.2 Pengertian bahasa
Pengertian
dasar bahasa yang akan diuraikan ini bukanlah berdasar pengertian seperti yang
dipakai dalam Tata Bahasa Tradisional. Pada umumnya sering dikacaukan dua aspek
dari bahasa. Pertama bahasa sebagai alat kegiatan kebudayaan dan kedua bahasa
sebagai hasil kegiatan atau produk kegiatan kebudayaan itu sendiri.
Salah
satu peristiwa yang kita lihat dalam hidup ialah bahwa masyarakat melakukan
hubungan antar mereka dengan memakai isyarat yang telah mereka sepakati
bersama. Salah satu isyarat itu dengan bantuan alat ucap manusia berupa bunyi
atau arus bunyi. Dengan begitu dapat pula kita katakan bahasa adalah isyarat
dan isyarat bahasa itu berupa bunyi. Bahasa juga dapat diartikan sebagai sistem
isyarat bunyi jika kita liat dari ciri bahasa yakni bahasa itu mempunyai
sistem.
2.1.3 Hakekat bahasa
Hakekat bahasa sebagai
berikut :
1. Bahasa
itu sistematik;
2. Bahasa
itu manasuka (arbitrer);
3. Bahasa
itu ucapan/vocal/bunyi;
4. Bahasa
itu simbol;
5. Bahasa
itu mengacu pada dirinya;
6. Bahasa
itu manusiawi;
7. Bahasa
itu komunikasi.
2.2 Definisi linguistik
Dalam
hampir setiap buku pengantar dan pegangan mengenai Linguistik dikatakan bahwa
linguistik merupakan sebuah ilmu yang mempelajari bahasa sebagai bagian
kebudayaan berdasarkan struktur bahasa tersebut(J.D Parera, 1987:20).
Linguistik adalah ilmu tentang tata bahasa; telaah bahasa secara ilmiah (KBBI
edisiIV, 2008: 832). Linguistik berarti “ilmu bahasa”. Kata linguistik berasal
dari kata Latin lingua “bahasa”. Ilmu
linguistik sering pula disebut “linguistik umum”. Artinya linguistik tidak
hanya menyelidiki suatu langue tertentu
tanpa memperhatikan ciri-ciri bahasa lain (J.D Parera, 1987:2). Berdasarkan
pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi objek dari linguistik
adalah bahasa.
2.3 Beberapa bidang dalam ilmu linguistik
Semua
cabang ilmu prengetahuan terbagi atas bidang-bidang “bawahan”. Ilmu linguistik
dibagi atas beberapa bidang, antara lain linguistik antropologis yaitu cara
penyelidikan linguistik yang dimanfaatkan oleh ahli antropologi budaya, linguistik
sosiologis atau sosiolinguistik, linguistik komputasionil yaitu penyelidikan linguistik
dengan computer. Dalam tulisan ini hanya akan diuraikan bidang-bidang dalam linguistik
saja yakni bidang-bidang fonetik, fonologi, morfologi, dan sintaksis yang
membentuk apa yang disebut tataran bahasa atau hierarki bahasa. Sebelum itu
akan dijelaskan terlebih dahulu perbedaan antara linguistik sinkrinis dan linguistik
diakronis, dan perbedaan antara tatabahasa (gramatika) dan perbendaharaan kata
(leksikal).
a. Linguistik
sinkronis dan linguistik diakronis
Kedua istilah itu berasal dari Saussure.
Linguistik diakronis (dari Yunani dia
yang artinya “melalui” dan khronos
yang artinya “waktu, masa”) adalah penyelidikan tentang perkembangan suatu
bahasa. Misalnya bahasa Latin 20 abad yang lalu terdiri dari beberapa dialek,
yang kemudian tumbuh menjadi bahasa yang berlain-lainan, yaitu bahasa Prancis,
Itali, Spanyol, Portugis dan lain-lain. Studi tentang perkembangan bahasa
merupakan linguistik diakronis.
Linguistik sinkronis (dari Yunani syn yang artinya “dengan, bersama” dan khronos yang artinya “waktu”) berlainan
bidangnya dari linguistik diakronis. Dalam linguistik sinkronis setiap bahasa
dianalisa tanpa memperhatikan perkembangan yang terjadi pada masa lampau. Yang
tampak dalam analisa sinkronis ialah apa yang lazim disebut struktur
(sistematik), misalnya hubungan antara imbuhan dan dasar, hubungan antar bunyi,
hubungan antar bagian kalimat dan lain sebagainya.
b. Analisa
leksikal dan analisa gramatikal
Menurut
sistematiknya, dalam setiap bahasa dapat dibedakan antara tatabahasa atau
gramatika bahasa itu dan perbendaharaan kata atau leksikon dalam bahasa yang
sama. Oleh sebab itu analisa tatabahasa atau analiasa gramatikal dibedakan dari
analisa leksikon, atau leksikololgi, atau analisa leksikal. Maka dari itu dalam
semantik (analisa makna) lazim dibedakan pula antara semantik gramatikal dan semantik
leksikal.
2.4 Cakupan dan bahasan linguistik
2.4.1 Linguistik umum
General Linguistics
mudah dimengerti dengan melihat namanya general
= umum, dan linguistics = ilmu
bahasa. Jadi general linguistiks adalah ilmu bahasa secara umum. General linguistics meminati bahasa
sebagai suatu bagian tingkah laku dan kemampuan manusia yang teramati dan
berkadar semesta (universal). General linguistics meliputi tiga bagian
besar yaitu linguistik deskriptif, linguistik historis dan linguistik
komparatif.
2.4.2 Linguistik historis
Linguistik
historis disebut juga linguistik diakronik (diachronic
linguistics), yaitu cabang linguistik yang mempelajari perkembangan sejarah
bahasa tertentu. R.H. Robins menyimpulkan bahwa linguistik historis ialah studi
perkembangan-perkembangan bahasa-bahasa dalam kurun waktu, cara-cara perubahan
bahasa dari waktu ke waktu, dan sebab-sebab serta akibat-akibat
perubahan-perubahan tadi baik di luar maupun di dalam bahasa-bahasa itu sendiri
(A. Chaedar, 1985: 86). Sedangkan A.H. Gleason dengan ringkasnya menyimpulkan
bahwa linguistik historis menguraikan perubahan-perubahan bahasa dalam kurun
waktu (A. Chaedar, 1985: 86).
2.4.3 Linguistik komparatif
Linguistik
komparatif ialah bidang linguistik yang menyelidiki perkembangan bahasa dari
satu masa ke masa yang lain, serta menyelidiki perkembangan satu bahasa dengan
bahasa yang lain (KBBI edisiIV, 2008: 832). Dictionary
of Language and linguistics mendefinisikan linguistik komparatif sebagai
satu pendekatan terhadap studi bahasa di mana perangkat-perangkat hubungan
fonologi, gramatik dan leksis antara periode-periode yang berbeda dikumpulkan
dan diklasifikasikan (S. Chaedar, 1985: 86).
2.4.4 Linguistik deskriptif
Linguistik
deskriptif adalah bidang linguistik yang menyelidiki sistem bahasa pada waktu
tertentu; pendekatan linguistik dengan mempergunakan teknik penelitian lapangan
dan tata istilah yang sesuai untuk bahasa yang diselidiki (KBBI edisiIV, 2008:
832). Istilah ini mempunyai dua pengertian yaitu pertama sebagai kebalikan dari
linguistik historis. Ini mudah dimengerti dengan menelaah namanya deskriptif, yaitu memberikan deskripsi
(pemerian) dan analisis bahasa. Bahasa tersebut diterangkan bagaimana kerja dan
penggunaannya oleh para penuturnya pada kurun waktu tertentu.
Pengertian
kedua mengacu kepada lawan dari linguistik deskriptif. Disini objek analisisnya
ialah ujaran penutur, sedangkan tulisan kurang relevansinya. Untuk studi ini
H.A. Gleason membagi linguistik ini menjadi dua bagian yaitu Fonologi, membahas fonem dan
rangkaiannya dan Grammar membahas
morfem dengan kombinasinya.
a.
Fonetik
Fonetik adalah bagian
dari linguistik yang mempelajari proses uajaran. Fonetik termasuk ilmu yang
netral, dalam arti tidak harus dialamatkan pada bahasa tertentu saja. Sesuai
dengan tugasnya, mempelajari proses ujaran, maka fonetik mau tak mau akan
menyangkut anatomi, khususnya organ-organ tubuh yang akan terlibat dalam proses
pennghasilan ujaran, ilmu sakit syaraf dan kelainan ujaran (neurology dan pathology). Fonetik akan menerangkan bagaimana bunyi-bunyi tertentu
(yang bagi telinga kita kedengaran asing ) dihasilkan dengan baik kualitasnya atau
kuantitasnya. Dengan kata lain fonetik akan berbicara tentang bunyi-bunyi dalam
bahasa ilmiah. Studi fonetik ini umumnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1.
Akustik
Bunyi-bunyi ujaran itu dapat didengar
karena ujaran adalah satu peristiwa fisik, jadi tentu mempunyai ciri-ciri
fisiknya dan kita bisa menjelaskan dalam istilah-istilah ilmu fisika.
2.
Audiotoris
Yang dipelajari cabang ini adalah
penyelidikan mengenai proses penerimaan bunyi-bunyi bahasa oleh telinga
penanggap tutur.
3.
Artikulasi
Yang dipelajari dalam cabang ini adalah
menyelidiki bagaimana bunyi-bunyi itu dihasilkan oleh alat-alat bicara pada
tubuh kita. Dalam garis besarnya bagian tubuh kita yang erat kaitannya dengan
ujaran adalah bagian dada, tenggorokan, mulut, dan hidung.
b.
Fonologi
Fonologi merupakan
bidang khusus dalam linguistik yang mengamati bunyi-bunyi suatu bahasa tertentu
menurut fungsinya untuk membedakan makna leksikal dalam bahasa tersebut.
Fonologi berbeda dari fonetik karena fonetik mempelajari bunyi-bunyi tanpa
membatasi perhatiannya pada bahasa tertentu, sedangkan fonologi membahas
bunyi-bunyi bahasa tertentu umpamanya bahasa Indonesia atau Inggris. Fonologi
bertugas mempelajari fungsi bunyi untuk membedakan atau mengidentifikasi
kata-kata tertentu.
c.
Gramatika
Gramatika dalam bahasa
Indonesia berarti tatabahasa. Gramatika merupakan alat yang mantap untuk
meningkatkan performance seseorang
baik dalam bahasa ibu atau bahasa asing yang dipelajarinya. Wawasan gramatika
yaitu :
1.
Morfologi
Morfologi ialah bagian
dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk
kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti
kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk beluk
bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi
gramatik maupun fungsi semantik (M. Ramlan, 1985: 19). Morfologi adalah cabang
linguistik yang mempelajari tentang morfem dan kombinasinya (KBBI edisiIV, 2008:
930). Morfologi adalah bagian linguistik yang mempelajari morfem (A. Chaedar, 1985:
101).
Dalam morfologi
terdapat proses morfologik. Proses morfologik ialah proses pembentukan
kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Dalam bahasa
Indonesia terdapat tiga proses morfologik yaitu proses pembubuhan afiks, proses
pengulangan, dan proses pemajemukan.
Proses pembubuhan afiks
ialah pembubuhan afiks pada satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal
maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata. Proses morfologik pada pembubuhan
afiks ialah dengan cara memberikan imbuhan baik berupa awalan, sisipan, atau
akhiran pada morfem lainnya. Misalnya pembubuhan afiks ber- pada jalan menjadi
berjalan, pada sepeda menjadi bersepeda, pada susah payah menjadi bersusah
payah dan seterusnya.
Proses pengulangan atau
reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun
sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Dengan kata lain
reduplikasi atau proses pengulangan ialah proses morfologik dengan melalui peristiwa
pengulangan bentuk yang menghasilkan bentuk ulang. Hasil pengulangan itu disini
disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.
Misalnya kata ulang rumah-rumah dari bentuk dasar rumah, dan kata ulang
perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan.
Proses pemajemukan
ialah penggabungan kata dengan kata yang menghasilkan bentuk-bentuk majemuk
atau kata majemuk. Kata majemuk ialah kata yang terdiri dari dua kata sebagai
unsurnya. Misalnya daya tahan, daya juang, kamar tunggu, kamar kerja, ruang
baca, dan seterusnya.
2.
Sintaksis
Sintaksis adalah
pengaturan dan hubungan kata dengan kata atau dengan satuan lain yang lebih
besar; cabang linguistik tentang susunan kalimat dan bagiannya; ilmu tata
kalimat; ilmu nahu (KBBI edisiIV, 2008: 1315). Banyak ahli yang telah
mengemukakan penjelasan ataupun batasan sintaksis. Ada yang mengatakan bahwa
sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana
untuk menggabung-gabungkan kata menjadi kalimat (Stryker, 1969:21).
Ada pula yang mengatakan
bahwa analisis mengenai konstruksi-konstruksi yang hanya mengikut sertakan
bentuk-bentuk bebas disebut sintaksis (Bloch and Trager, 1942 : 71). Dan ada lagi
yang mengatakan bahwa sintaksis adalah bahagian dari tata bahasa yang membicarakan
struktur frase dan kalimat (Ramlan, 1976 : 57). Dari pengertian-pengertian di
atas dapat kita simpulkan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang tata bahasa
yang membicarakan struktur-struktur kalimat, klausa, dan frase.
d.
Semantik
Semantik adalah ilmu tentang makna
kata dan kalimat; pengetahuan mengenai seluk-beluk dan pergeseran arti kata;
bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan atau struktur
makna suatu wicara (KBBI edisiIV, 2008 : 1258). Semantik adalah telaah makna. Semantik
menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna
yang satu dengan yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat.
Oleh karena itu, semantik mencakup makna-makna kata, perkembangannya dan
perubahannya.
HASIL
Manusia memerlukan alat
komunikasi untuk berhubungan dengan manusia lainnya. Alat komunikasi itu adalah
bahasa. Dengan bahasa manusia dapat menyampaikian pesan, maksud dan tujuannya
kepada manusia lain. Dan juga membantunya untuk berinteraksi dengan manusia
lainnya. Hal ini lah yang memunculkan adanya ilmu linguistik.
Linguistik merupakan
ilmu yang mempelajari bahasa, baik itu makna bahasa, bunyi-bunyi bahasa,
bentuk-bentuk perubahan kata, makna-makna kata, struktur kalimat, hubungan
antar kalimat dan seterusnya. Linguistik memiliki cabang ilmu yang mempelajari
itu semua. Mulai dari fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,
sosiolinguistik, psikolinguistik, stilistika dan seterusnya. Yang berguna untuk
memberi pemahaman kepada kita untuk menggunakan bahasa dan cara terbentuknya
bahasa yang memiliki arti, makna, dan bahasa yang terstruktur.
BAB
III
KESIMPULAN
Linguistik adalah ilmu
tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajian. Linguistik
sendiri menerangkan tentang :
Þ Objek
linguistik
Þ Bidang-bidang
ilmu dalam linguistik
Þ Cakupan
dan bahasan linguistik
Þ Semantik,
Sintaksis, Fonologi, morfologi, sosiolinguistik, komputasionil, dan banyak lagi
cabang-cabang ilmu linguistik.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwasilah,
A. Chaedar. 1985. Linguistik Suatu
Pengantar. Bandung: Penerbit Angkasa
Departemen
Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar
Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama
Parera,
Jos. Daniel. 1987. Studi Linguistik Umum
dan Historis Bandingan. Jakarta: Penerbit Erlangga
Ramlan,
M. 1985. Morfologi Suatu Tinjauan
Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono
Tarigan,
Henry Guntur. 1985. Pengajaran Sintaksis.
Bandung; Penerbit Angkasa
Tarigan,
Henry Guntur. 1986. Pengajaran Semantik.
Bandung: Penerbit Angkasa
Verhaar,
J.W.M. 1987. Pengantar Lingguistik.Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Yasin,
Sulchan. 1987. Tinjauan Deskriptif
Seputar Morfologi. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar