Kamis, 16 Mei 2013


BAB I
PENDAHULUAN
I.1  Latar belakang masalah
Ilmu linguistik sampai saat ini masih dianggap sulit oleh sebagian besar manusia. Padahal ilmu linguistik bersifat umum yang hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahawa ilmu linguistik umum merupakan media komunikasi penting yang bersifat komunikatif.
Banyak yang beranggapan bahwa ilmu linguistik itu sulit dan perlu segera ditepis. Masalahnya sekarang, sampai saat ini panduan ilmu linguistik umum yang benar-benar dan terperinci masih sangat sulit untuk ditemukan. Padahal buku jenis Ilmu Linguistik akan sangat membantu para penulis pemula untuk mulai mengasah kemampuan.
Problematika di atas perlu segera dipecahkan, salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah ditemukannya buku-buku yang mampu menyajikan tentang keilmuan linguistik umum. Terkait dengan kenyataan tersebut, maka penulis merumuskan tentang linguistik melalui tulisan ini. Dengan membahas seluruh komponen yang merupakan bagian dari ilmu linguistik.




I.2  Ruang lingkup masalah
Linguistik berarti ilmu bahasa. Ilmu bahasa adalah ilmu yang objeknya bahasa. Bahasa disini maksudnya adalah bahasa yang digunakan sehari-hari. Jadi yang diteliti dalam linguistik atau ilmu bahasa adalah bahasa sehari-hari yang sudah diabstraksi, dengan demikian anggukan, dehem, dan semacamnya bukan termasuk objek yang diteliti dalam linguistik.
Ilmu linguistik sendiri sering disebut linguistik umum, artinya ilmu linguistik tidak hanya menyelidiki salah satu bahasa saja tetapi juga menyangkut bahasa pada umumnya. Dengan memakai istilah de Saussure, dapat dirumuskan bahwa ilmu linguistik tidak hanya meneliti salah satu langue saja, tetapi juga langage, yaitu bahasa pada umumnya. Sedangkan linguistik teoritis memuat teori linguistik, yang mencakup sejumlah subbidang, seperti ilmu tentang struktur bahasa dan makna yang disebut semantik.  Ilmu tentang tata bahasa meliputi morfologi dan sintaksis. Selain itu dalam bagian ini juga ada fonologi atau ilmu tentang sistem bunyi dan satuan bunyi yang abstrak dan fonetik yang berhubungan dengan properti aktual seperti bunyi bahasa dan bagaimana bunyi-bunyi tersebut dihasilkan dan didengar. Dan ada juga sosiolinguistik untuk meneliti bagaimana dalam bahasa itu dicerminkan hal-hal sosial dalam golongan penutur tertentu.




I.3  Tujuan penulisan
Makalah ini diharapkan mampu memiliki kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis diharapkan makalah ini menambah khazanah teoritis keilmuan linguistik dan secara praktis diharapkan makalah ini menambah pengetahuan, wawasan, dan keilmuan bagi penulis maupun bagi pembaca. Penulisan makalah ini juga bertujuan agar kita dapat mengetahui tentang linguistik, objek dari linguistik yaitu bahasa, asal usul bahasa, dan mengerti bagaimana cara menggunakan dan memahami bahasa yang baik dalam kehidupan kita sehari-hari.














BAB II
PEMBAHASAN DAN HASIL
PEMBAHASAN
2.1   Bahasa
2.1.1  Asal usul bahasa dari teori tradisional dan teori modern
Teori tradisional
Penyelidikan antropologi telah membuktikan bahwa kebanyakan kebudayaan primitif meyakini keterlibatan Tuhan, Dewa dalam permulaan sejarah berbahasa. Tuhanlah yang mengajar Nabi Adam nama-nama.  Dikatakan pula manusia diciptakan secara simultan, dan pada penciptaan ini pula dikarunia ujaran sebagai anugrah Ilahi, dan di surga Tuhan berdialog dengan Nabi Adam dalam bahasa Yahudi.
Pada abad ke-17, Andreas Kemke, seorang ahli filologi dari Swedia menyatakan di surga Tuhan berbicara dalam bahasa Swedia, Nabi Adam berbahasa Denmark, sedangkan naga berbahasa Perancis. Sebelumnya seorang Belanda Goropius Becanus berteori bahwa bahasa di surga adalah bahasa Belanda. Cerita dari mesir lain lagi, pada abad ke-17 SM raja Mesir, Psammetichus mengadakan penelitian terhadap bayi yang hasilnya bahasa Phrygia adalah bahasa pertama. Banyak teori-teori lain yang dikemukakan oleh para ahli yang intinya mereka menganggap bahasa pertama berasal dari Negara mereka.

Teori modern
Manusia ini tercipta dengan perlengkapan fisik yang sangat sempurna hingga memungkinkan terlahirnya ujaran (kemampuan berbahasa). Namun ujaran bukan hanya karena kerja organ-organ fisik tadi. Dalam proses ujaran, faktor-faktor psikologis pun ada yang terlibat. Sebagai contoh kita bayangkan sebuah telaga jernih yang dikelilingi pepohonan rindang yang dimukimi burung-burung dan margasatwa lainnya. Apa yang kita liat menimbulkan kesan-kesan tersendiri yang dapat kita ucapkan dengan ujaran. Dengan perkataan lain kesan-kesan tadi mesti diucapkan dengan simbol vokal hingga terucap kata-kata, umpamanya: indah, banyak ikannya, dingin dan sebagainya.
Kini para ahli antropologi menyimpulkan bahwa manusia dan bahasa berkembang bersama. Manusia ada di bumi ini kurang lebih sudah satu juta tahun lamanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya menjadi Homo Sapiens juga mempengaruhi perkembangan bahasanya. Bentuk tubuh yang tegak, mata yang berbentuk stereoskopis dan cerebral cortex yang tidak ada pada hewan lain telah banyak membantu evolusi manusia. Perkembangan otaknya merubah dia dari agak manusia menjadi manusia sesungguhnya. Mereka kini mempunyai kemampuan, mulai menemukan dan mempergunakan alat-alat dan mulailah berbicara.

2.1.2  Pengertian bahasa
Pengertian dasar bahasa yang akan diuraikan ini bukanlah berdasar pengertian seperti yang dipakai dalam Tata Bahasa Tradisional. Pada umumnya sering dikacaukan dua aspek dari bahasa. Pertama bahasa sebagai alat kegiatan kebudayaan dan kedua bahasa sebagai hasil kegiatan atau produk kegiatan kebudayaan itu sendiri.
Salah satu peristiwa yang kita lihat dalam hidup ialah bahwa masyarakat melakukan hubungan antar mereka dengan memakai isyarat yang telah mereka sepakati bersama. Salah satu isyarat itu dengan bantuan alat ucap manusia berupa bunyi atau arus bunyi. Dengan begitu dapat pula kita katakan bahasa adalah isyarat dan isyarat bahasa itu berupa bunyi. Bahasa juga dapat diartikan sebagai sistem isyarat bunyi jika kita liat dari ciri bahasa yakni bahasa itu mempunyai sistem.

2.1.3  Hakekat bahasa
Hakekat bahasa sebagai berikut :
1.      Bahasa itu sistematik;
2.      Bahasa itu manasuka (arbitrer);
3.      Bahasa itu ucapan/vocal/bunyi;
4.      Bahasa itu simbol;
5.      Bahasa itu mengacu pada dirinya;
6.      Bahasa itu manusiawi;
7.      Bahasa itu komunikasi.

2.2   Definisi linguistik
Dalam hampir setiap buku pengantar dan pegangan mengenai Linguistik dikatakan bahwa linguistik merupakan sebuah ilmu yang mempelajari bahasa sebagai bagian kebudayaan berdasarkan struktur bahasa tersebut(J.D Parera, 1987:20). Linguistik adalah ilmu tentang tata bahasa; telaah bahasa secara ilmiah (KBBI edisiIV, 2008: 832). Linguistik berarti “ilmu bahasa”. Kata linguistik berasal dari kata Latin lingua “bahasa”. Ilmu linguistik sering pula disebut “linguistik umum”. Artinya linguistik tidak hanya menyelidiki suatu langue tertentu tanpa memperhatikan ciri-ciri bahasa lain (J.D Parera, 1987:2). Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi objek dari linguistik adalah bahasa.

2.3   Beberapa bidang dalam ilmu linguistik
Semua cabang ilmu prengetahuan terbagi atas bidang-bidang “bawahan”. Ilmu linguistik dibagi atas beberapa bidang, antara lain linguistik antropologis yaitu cara penyelidikan linguistik yang dimanfaatkan oleh ahli antropologi budaya, linguistik sosiologis atau sosiolinguistik, linguistik komputasionil yaitu penyelidikan linguistik dengan computer. Dalam tulisan ini hanya akan diuraikan bidang-bidang dalam linguistik saja yakni bidang-bidang fonetik, fonologi, morfologi, dan sintaksis yang membentuk apa yang disebut tataran bahasa atau hierarki bahasa. Sebelum itu akan dijelaskan terlebih dahulu perbedaan antara linguistik sinkrinis dan linguistik diakronis, dan perbedaan antara tatabahasa (gramatika) dan perbendaharaan kata (leksikal).
a.       Linguistik sinkronis dan linguistik diakronis
Kedua istilah itu berasal dari Saussure. Linguistik diakronis (dari Yunani dia yang artinya “melalui” dan khronos yang artinya “waktu, masa”) adalah penyelidikan tentang perkembangan suatu bahasa. Misalnya bahasa Latin 20 abad yang lalu terdiri dari beberapa dialek, yang kemudian tumbuh menjadi bahasa yang berlain-lainan, yaitu bahasa Prancis, Itali, Spanyol, Portugis dan lain-lain. Studi tentang perkembangan bahasa merupakan linguistik diakronis.
Linguistik sinkronis (dari Yunani syn yang artinya “dengan, bersama” dan khronos yang artinya “waktu”) berlainan bidangnya dari linguistik diakronis. Dalam linguistik sinkronis setiap bahasa dianalisa tanpa memperhatikan perkembangan yang terjadi pada masa lampau. Yang tampak dalam analisa sinkronis ialah apa yang lazim disebut struktur (sistematik), misalnya hubungan antara imbuhan dan dasar, hubungan antar bunyi, hubungan antar bagian kalimat dan lain sebagainya.
b.      Analisa leksikal dan analisa gramatikal
Menurut sistematiknya, dalam setiap bahasa dapat dibedakan antara tatabahasa atau gramatika bahasa itu dan perbendaharaan kata atau leksikon dalam bahasa yang sama. Oleh sebab itu analisa tatabahasa atau analiasa gramatikal dibedakan dari analisa leksikon, atau leksikololgi, atau analisa leksikal. Maka dari itu dalam semantik (analisa makna) lazim dibedakan pula antara semantik gramatikal dan semantik leksikal.

2.4   Cakupan dan bahasan linguistik
2.4.1  Linguistik umum
General Linguistics mudah dimengerti dengan melihat namanya general = umum, dan linguistics = ilmu bahasa. Jadi general linguistiks adalah ilmu bahasa secara umum. General linguistics meminati bahasa sebagai suatu bagian tingkah laku dan kemampuan manusia yang teramati dan berkadar semesta (universal). General linguistics meliputi tiga bagian besar yaitu linguistik deskriptif, linguistik historis dan linguistik komparatif.

2.4.2  Linguistik historis
Linguistik historis disebut juga linguistik diakronik (diachronic linguistics), yaitu cabang linguistik yang mempelajari perkembangan sejarah bahasa tertentu. R.H. Robins menyimpulkan bahwa linguistik historis ialah studi perkembangan-perkembangan bahasa-bahasa dalam kurun waktu, cara-cara perubahan bahasa dari waktu ke waktu, dan sebab-sebab serta akibat-akibat perubahan-perubahan tadi baik di luar maupun di dalam bahasa-bahasa itu sendiri (A. Chaedar, 1985: 86). Sedangkan A.H. Gleason dengan ringkasnya menyimpulkan bahwa linguistik historis menguraikan perubahan-perubahan bahasa dalam kurun waktu (A. Chaedar, 1985: 86).

2.4.3  Linguistik komparatif
Linguistik komparatif ialah bidang linguistik yang menyelidiki perkembangan bahasa dari satu masa ke masa yang lain, serta menyelidiki perkembangan satu bahasa dengan bahasa yang lain (KBBI edisiIV, 2008: 832). Dictionary of Language and linguistics mendefinisikan linguistik komparatif sebagai satu pendekatan terhadap studi bahasa di mana perangkat-perangkat hubungan fonologi, gramatik dan leksis antara periode-periode yang berbeda dikumpulkan dan diklasifikasikan (S. Chaedar, 1985: 86).
2.4.4  Linguistik deskriptif
Linguistik deskriptif adalah bidang linguistik yang menyelidiki sistem bahasa pada waktu tertentu; pendekatan linguistik dengan mempergunakan teknik penelitian lapangan dan tata istilah yang sesuai untuk bahasa yang diselidiki (KBBI edisiIV, 2008: 832). Istilah ini mempunyai dua pengertian yaitu pertama sebagai kebalikan dari linguistik historis. Ini mudah dimengerti dengan menelaah namanya deskriptif, yaitu memberikan deskripsi (pemerian) dan analisis bahasa. Bahasa tersebut diterangkan bagaimana kerja dan penggunaannya oleh para penuturnya pada kurun waktu tertentu.
Pengertian kedua mengacu kepada lawan dari linguistik deskriptif. Disini objek analisisnya ialah ujaran penutur, sedangkan tulisan kurang relevansinya. Untuk studi ini H.A. Gleason membagi linguistik ini menjadi dua bagian yaitu Fonologi, membahas fonem dan rangkaiannya dan Grammar membahas morfem dengan kombinasinya.
a.      Fonetik
Fonetik adalah bagian dari linguistik yang mempelajari proses uajaran. Fonetik termasuk ilmu yang netral, dalam arti tidak harus dialamatkan pada bahasa tertentu saja. Sesuai dengan tugasnya, mempelajari proses ujaran, maka fonetik mau tak mau akan menyangkut anatomi, khususnya organ-organ tubuh yang akan terlibat dalam proses pennghasilan ujaran, ilmu sakit syaraf dan kelainan ujaran (neurology dan pathology). Fonetik akan menerangkan bagaimana bunyi-bunyi tertentu (yang bagi telinga kita kedengaran asing ) dihasilkan dengan baik kualitasnya atau kuantitasnya. Dengan kata lain fonetik akan berbicara tentang bunyi-bunyi dalam bahasa ilmiah. Studi fonetik ini umumnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1.      Akustik
Bunyi-bunyi ujaran itu dapat didengar karena ujaran adalah satu peristiwa fisik, jadi tentu mempunyai ciri-ciri fisiknya dan kita bisa menjelaskan dalam istilah-istilah ilmu fisika.

2.      Audiotoris
Yang dipelajari cabang ini adalah penyelidikan mengenai proses penerimaan bunyi-bunyi bahasa oleh telinga penanggap tutur.
3.      Artikulasi
Yang dipelajari dalam cabang ini adalah menyelidiki bagaimana bunyi-bunyi itu dihasilkan oleh alat-alat bicara pada tubuh kita. Dalam garis besarnya bagian tubuh kita yang erat kaitannya dengan ujaran adalah bagian dada, tenggorokan, mulut, dan hidung.

b.      Fonologi
Fonologi merupakan bidang khusus dalam linguistik yang mengamati bunyi-bunyi suatu bahasa tertentu menurut fungsinya untuk membedakan makna leksikal dalam bahasa tersebut. Fonologi berbeda dari fonetik karena fonetik mempelajari bunyi-bunyi tanpa membatasi perhatiannya pada bahasa tertentu, sedangkan fonologi membahas bunyi-bunyi bahasa tertentu umpamanya bahasa Indonesia atau Inggris. Fonologi bertugas mempelajari fungsi bunyi untuk membedakan atau mengidentifikasi kata-kata tertentu.

c.       Gramatika
Gramatika dalam bahasa Indonesia berarti tatabahasa. Gramatika merupakan alat yang mantap untuk meningkatkan performance seseorang baik dalam bahasa ibu atau bahasa asing yang dipelajarinya. Wawasan gramatika yaitu :
1.      Morfologi
Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (M. Ramlan, 1985: 19). Morfologi adalah cabang linguistik yang mempelajari tentang morfem dan kombinasinya (KBBI edisiIV, 2008: 930). Morfologi adalah bagian linguistik yang mempelajari morfem (A. Chaedar, 1985: 101).
Dalam morfologi terdapat proses morfologik. Proses morfologik ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfologik yaitu proses pembubuhan afiks, proses pengulangan, dan proses pemajemukan.
Proses pembubuhan afiks ialah pembubuhan afiks pada satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata. Proses morfologik pada pembubuhan afiks ialah dengan cara memberikan imbuhan baik berupa awalan, sisipan, atau akhiran pada morfem lainnya. Misalnya pembubuhan afiks ber- pada jalan menjadi berjalan, pada sepeda menjadi bersepeda, pada susah payah menjadi bersusah payah dan seterusnya.
Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Dengan kata lain reduplikasi atau proses pengulangan ialah proses morfologik dengan melalui peristiwa pengulangan bentuk yang menghasilkan bentuk ulang. Hasil pengulangan itu disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumah dari bentuk dasar rumah, dan kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan.
Proses pemajemukan ialah penggabungan kata dengan kata yang menghasilkan bentuk-bentuk majemuk atau kata majemuk. Kata majemuk ialah kata yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya. Misalnya daya tahan, daya juang, kamar tunggu, kamar kerja, ruang baca, dan seterusnya.
2.      Sintaksis
Sintaksis adalah pengaturan dan hubungan kata dengan kata atau dengan satuan lain yang lebih besar; cabang linguistik tentang susunan kalimat dan bagiannya; ilmu tata kalimat; ilmu nahu (KBBI edisiIV, 2008: 1315). Banyak ahli yang telah mengemukakan penjelasan ataupun batasan sintaksis. Ada yang mengatakan bahwa sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabung-gabungkan kata menjadi kalimat (Stryker, 1969:21).
Ada pula yang mengatakan bahwa analisis mengenai konstruksi-konstruksi yang hanya mengikut sertakan bentuk-bentuk bebas disebut sintaksis (Bloch and Trager, 1942 : 71). Dan ada lagi yang mengatakan bahwa sintaksis adalah bahagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur frase dan kalimat (Ramlan, 1976 : 57). Dari pengertian-pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang tata bahasa yang membicarakan struktur-struktur kalimat, klausa, dan frase.
d.      Semantik
Semantik adalah ilmu tentang makna kata dan kalimat; pengetahuan mengenai seluk-beluk dan pergeseran arti kata; bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan atau struktur makna suatu wicara (KBBI edisiIV, 2008 : 1258). Semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Oleh karena itu, semantik mencakup makna-makna kata, perkembangannya dan perubahannya.

HASIL
Manusia memerlukan alat komunikasi untuk berhubungan dengan manusia lainnya. Alat komunikasi itu adalah bahasa. Dengan bahasa manusia dapat menyampaikian pesan, maksud dan tujuannya kepada manusia lain. Dan juga membantunya untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Hal ini lah yang memunculkan adanya ilmu linguistik.
Linguistik merupakan ilmu yang mempelajari bahasa, baik itu makna bahasa, bunyi-bunyi bahasa, bentuk-bentuk perubahan kata, makna-makna kata, struktur kalimat, hubungan antar kalimat dan seterusnya. Linguistik memiliki cabang ilmu yang mempelajari itu semua. Mulai dari fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik, sosiolinguistik, psikolinguistik, stilistika dan seterusnya. Yang berguna untuk memberi pemahaman kepada kita untuk menggunakan bahasa dan cara terbentuknya bahasa yang memiliki arti, makna, dan bahasa yang terstruktur.








BAB III
KESIMPULAN

Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajian. Linguistik sendiri menerangkan tentang :
Þ    Objek linguistik
Þ    Bidang-bidang ilmu dalam linguistik
Þ    Cakupan dan bahasan linguistik
Þ    Semantik, Sintaksis, Fonologi, morfologi, sosiolinguistik, komputasionil, dan banyak lagi cabang-cabang ilmu linguistik.












DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 1985. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Penerbit Angkasa
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Parera, Jos. Daniel. 1987. Studi Linguistik Umum dan Historis Bandingan. Jakarta: Penerbit Erlangga
Ramlan, M. 1985. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Sintaksis. Bandung; Penerbit Angkasa
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Semantik. Bandung: Penerbit Angkasa
Verhaar, J.W.M. 1987. Pengantar Lingguistik.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Yasin, Sulchan. 1987. Tinjauan Deskriptif Seputar Morfologi. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar